Industri kereta api di Surakarta yang mulai berkembang pada akhir 1800-an, diawali dengan munculnya trem kota berbasis tenaga kuda. Perusahaan pengelola trem swasta Solosche Tramweg Maatschappij (SoTM), pada awalnya menggunakan satu gerbong kereta yang ditarik dengan kuda dan diisi dengan 20 hingga maksimal 25 orang. Route trem ini dimulai dari halte depan benteng Vastenburg lalu ke selatan hingga ke Gladag, kemudian berbelok ke barat menuju Poerwosari weg ( Jalan Slamet Riyadi ). Dari stasiun Purwosari kereta trem melaju ke barat hingga menuju ke Rasamadu suikerfabriek di Gembongan - Kartasura ( pabrik gula Rasamadu di Kartasura ).Pada 1905 jalur trem ini diambil alih oleh Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) sebuah perusahaan kereta api swasta yang berkedudukan di Den Haag, yang kemudian membangun sebuah kantor administrasi di Semarang (Lawang sewu). Perusahaan Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschapijj kemudian mengganti trem tenaga kuda di Surakarta dengan mesin uap.
Dengan digunakannya kereta uap sebagai moda transportasi di Surakarta, Sinuhun ingkang Minulya saha ingkang Wicaksana Paku Buwana X pun mulai memesan gerbong-gerbong kereta khusus untuk beliau. Salah satunya adalah gerbong kereta pesiar dari Sinuhun Paku Buwana X yang sekarang disimpan di sisi timur kawasan Alun-alun selatan karaton Surakarta. Gerbong ini dibuat oleh perusahaan kereta di Oostenburg,Amsterdam yang bernama Koninklijke Nederlandsche Fabriek van Werktuigen enSpoorweg materieel atau Werkspoor N.V pada tahun 1910 dan mulai beroperasi pada 23 November 1911.
Gerbong pesiar yang didominasi warna hijau dan putih ini, didesain sesuai dengan masukan dari Sinuhun Paku Buwana X sendiri. Gerbong pesiar milik Sinuhun Paku Buwana X ini memiliki fasilitas pendingin ruangan dengan teknologi yang unik pada masanya. Teknologi pendingin ruangan itu menggunakan balok es batu dengan kipas angin. Dengan sebuah tabung khusus, es batu menyalurkan hawa dingin ke seluruh ruangan gerbong, sedangkan air dari es batu yang mencair digunakan untuk cuci tangan di wastafel yang tersedia di dalam gerbong. Di dalam gerbong pesiar ini terdapat kamar tidur dengan penutup jendela-jendela kerai yang terbuat dari besi.
Rangkaian kereta pesiar ini, konon diberangkatkan dari Stasiun Solo Jebres untuk mengantarkan Sinuhun Paku Buwono X dalam rangka meninjau pabrik gula atau untuk keperluan pesiar kunjungan ke berbagai daerah bersama dengan keluarganya.
Gerbong kereta pesiar milik Sinuhun Paku Buwono X ini, pernah disimpan di Stasiun Semarang, Tawang, pada 1960. Kereta ini juga sempat direhabilitasi oleh Balai Yasa Semarang pada 17 Desember 1985. Rehabilitasi yang dilakukan meliputi pergantian dinding kereta yang semula dari kayu menjadi baja. Gerbong kereta ini sempat pula menjadi pajangan di Stasiun Semarang, Tawang hingga akhirnya gerbong ini dikembalikan dan disimpan oleh Karaton Surakarta.
Kereta pusaka ini sempat pula dipergunakan oleh Perusahaan Jawatan Kereta Api atau PJKA sebagai kereta istimewa yang dikhususkan untuk mengangkut pejabat level kepala eksploitasi ke atas. Saat berdinas di PJKA, kereta ini harus ditembung atau dimintai ijin terlebih dahulu jika ingin dipergunakan. Kini Kereta pesiar milik Sinuhun Paku Buwana X ini disimpan oleh Karaton Surakarta dan ditempatkan di sebuah bangsal sebelah timur Alun-alun selatan Karaton Surakarta.