Pasinaon Sejarah

Pusaka - Beksan Bedhaya Duradasih

M.Ng. S. Adiprojo
December 14, 2023

Bedhaya Duradasih merupakan sebuah karya seni tari dari putra mahkota keraton Kasunanan Surakarta yakni Kanjeng Pangeran Adipati Anom Hamangkunegara Sudibyo Rajaputro Narendra Mataram yang kelak dinobatkan sebagai raja Kasunanan Surakarta dengan gelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Pakubuwana IV.

Bedhaya Duradasih

Bedhaya Duradasih adalah gambaran asmara Sinuhun Pakubuwana IV dengan putri Adipati Cakraningrat, Madura. Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamangkunegara yang awalnya ditolak oleh Raden Ajeng Handayawati, puteri Adipati Cakraningrat, memendam perasaan gandrung (rindu dendam, duka asmara, gundah). Puteri Madura Raden Ajeng Handayawati yang semula meragukan cinta Pangeran, akhirnya jatuh hati, sehingga terciptalah tari Bedhaya Duradasih sebagai wujud sukacita dari sang Pangeran.

Duradasih berasal dari dua kata, dura dan asih. Dura merupakan kependekan dari Madura,dan Asih yang artinya cinta. Duradasih dalam bahasa Jawa bisa berarti pula ”impian yang menjadi kenyataan.”
Bedhaya Duradasih menjadi saksi perkawinan Kanjeng Gusti Pangeran Arya Adipati Hamangkunegara dengan puteri Madura. Setelah menikah, sang pangeran di kenal dengan nama Sinuhun Paku Buwono IV, pewaris tahta dinasti Surakarta. Sedangkan istrinya, Raden Ajeng Handayawati bergelar BRAy. Adipati Anom. Setelah menikah, beliau melahirkan BRM Sugandhi, yang kelak menjadi Sinuhun Pakubuwana V.

Bedhaya Duradasih memiliki nilai spiritual dan falsafah kehidupan yang tinggi. Pada setiap penampilan tari bedhaya, diiringi alat musik khusus yang disebut kemanak, sepasang wadira/alat musik yang terbuat dari logam perunggu, berbentuk seperti buah pisang ( tong-tong ), dengan lubang resonansi yang memanjang. Busana yang digunakan oleh para penari ialah Dodot Ageng Ngumbar Kunco.

Ciri umum tari Bedhaya Duradasih adalah selalu dipentaskan oleh 9 orang penari putri, dengan kualitas gerak dan halus cenderung lembut. Masing-masing penari mempunyai nama-nama tertentu dalam komposisinya yaitu: endhel ajeg, batak gulu, dhadha, apit ngarep, apit mburi, apit, meneng, endhel weton serta buncit raja. 9 penari tersebut merupakan simbol formasi arah mata angin, dan juga 9 organ vital tubuh manusia. Semua itu menjadi simbol persatuan dan harmoni dari jagad gedhe dan jagat alit.

Bedhaya Duradasih adalah wujud dari rasa sukacita dan riang-gembira karena bisa mewujudkan sesuatu yang dicita-citakan.

Narasumber : Raden Mas Riyo Panji Restu B. Setiawan S.Pd. M.Pd.

Share this post
Tag 1
Tag 2
Tag 3
Tag 4