Pasinaon Sejarah

Pusaka - Beksan Bedhaya Ketawang

M.Ng. S. Adiprojo
December 14, 2023

Beksan Bedhaya Ketawang adalah tari Jawa klasik kuno yang dipergelarkan di Sasana Sewaka dalam rangka upacara peringatan Jumenengan dalem (naik tahta) dari Sri Susuhunan. Tari ini memiliki nilai sakralitas yang tinggi, sebagai tari kebesaran milik keraton Surakarta. Tari Bedhaya Ketawang hanya dipertunjukkan ketika penobatan raja serta pada saat tingalan dalem jumenengan Sinuhun Paku Buwana Surakarta. ( upacara peringatan kenaikan tahta raja).
Menurut istilahnya, Bedhaya Ketawang berasal dari kata Bedhaya yang artinya penari wanita dalam istana, sedangkan Ketawang yang berarti langit atau identik dengan sesuatu yang tinggi, luhur dan mulia, maka tari Bedhaya Ketawang berarti juga sebagai salah satu karya seni tari yang memiliki nilai-nilai luhur, sakral, dan suci.

Bedhaya Ketawang di Sasana Sewaka - 1966

Sejarah Tari Bedhaya Ketawang.

Pencipta awal tari Bedhaya Ketawang adalah Kanjeng Ratu Kencana Sari, didasarkan atas pengalaman Panembahan Senapati waktu bertapa, dalam tapanya Panembahan Senapati melakukan hubungan mistis dengan Kanjeng Ratu Kencana Sari atau Kanjeng Ratu Kidul. Proses hubungan itulah yang menjadi dasar dalam gerak dan gerik dalam tari Bedhaya Ketawang. Kanjeng Ratu Kencana Sari sendiri dipercaya sebagai ratu mahkluk halus yang merajai di dasar Pantai Laut Selatan Jawa. Tari Bedhaya Ketawang yang disakralkan merupakan bentuk pelestarian hubungan mistis keturunan Panembahan Senopati sebagai raja Mataram dengan penguasa laut selatan, yaitu Kanjeng Ratu Kencana Sari.

Makna tari Bedhaya Ketawang.

Beksan Bedhaya Ketawang bukan tontonan semata-mata, melainkan dipergelarkan khusus untuk keperluan keraton dengan suasana sakral. Gendhing pengiring bedhaya tersebut tidak dapat dijadikan gendhing untuk klenengan karena memang bukan gendhing, melainkan termasuk tembang gerong yang diiringi tabuhan Lokananta, terdiri atas kemanak, kethuk, kenong, gong, ditambah rebab, gender, gambang, dan suling.

Penari Bedhaya Ketawang berjumlah sembilan orang, melambangkan delapan arah mata angin dengan satu pusat penjuru di tengah-tengahnya. Dalam mitologi Jawa delapan arah mata angin dengan satu pusat penjurunya dikuasai oleh sembilan dewa yang disebut dengan Dewata Nawasanga. Makna filosofis Bedhaya Ketawang yaitu kesembilan penari juga melambangkan sembilan lubang yang ada pada tubuh manusia. Dalam beksan atau tari, kata beksan berasal dari Hambeksa. Hambeksa berarti  hambek dan sa atau esa atau sawiji , yang artinya adalah semua gerak wiraga atau tingkah laku hendaknya senantiasa mengingat Tuhan Yang Maha Esa.

Sifat-sifat yang erat hubungannya dalam bedhaya ketawang diantaranya adalah :

  1. Sebuah adat upacara seremonial yang semata-mata dipergelarkan untuk upacara peringatan ulang tahun naik tahta raja. Tidak dapat (tabu) ditampilkan untuk keperluan lainnya.
  2. Tarian yang sakral. Bahwa setiap kali Bedhaya Ketawang ditarikan, baik pada latihan atau pergelaran, sang pencipta tari tersebut selalu hadir dan kadang-kadang ikut membetulkan kesalahan dan ikut menari. Sebagai tarian yang sakral ketika dipergelarkan maka penonton pun memiliki aturan yang wajib ditaati. beberapa diantaranya adalah, tidak boleh merokok, dan tidak ada makanan dan minuman yang dihidangkan ketika pergelaran.
  3. Tarian percintaan. berdasarkan solah bawa, atau olah gerak dan wacana sindhenan, Bedhaya Ketawang merupakan tarian pralambanging saresmi (asmaragama). Selain itu, Bedhaya ini juga merupakan beksan pikramen yang digambarkan dengan sembilan penari yang berdandan seperti pengantin putri panggih, mengenakan dodot banguntulak, alas-alasan ngumbar kunca, tapih cindhe wungu sekar, slepe, buntal, paes centhungan, gelung bokor mengkureb, cundhuk jungkat jeruk saajar, cundhuk mentul, kembang tiba dhadha, kalung penanggalan, kelatbahu, gelang, sesupe.

Sebagai tarian sakral, ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh penarinya. Syarat penari Bedhaya Ketawang diantaranya adalah :

  • Para penari harus dalam keadaan suci dan tidak sedang mengalami menstruasi.
  • Para penari harus masih dalam keadaan perawan.
  • Para penari berusia antara 17-25 tahun. Umur tersebut dipilih karena masih mempunyai kekuatan untuk menari selama 1,5 jam dan masih memiliki kulit yang kencang, cantik, dengan wajah yang berseri-seri.
  • Seorang penari harus memiliki postur tubuh yang proporsional dan memiliki daya tahan tubuh yang baik.
  • Dan yang terakhir, seorang penari harus melakukan puasa, dan masuk dalam sengkeran atau dipingit.

Penari Bedhaya tahun 1966

Secara spiritual beberapa masyarakat Jawa percaya bahwa Kanjeng Ratu Kencana Sari akan datang menghampiri para penari yang gerakannya masih salah pada saat latihan berlangsung. bahkan akan ikut menari dan menggenapi jumlah penari menjadi sepuluh orang. Bedhaya Ketawang juga merupakan beksan perkawinan Kanjeng Ratu Kencana Sari dengan raja-raja tanah Jawa. Gelar Beksan Bedhaya Ketawang Ageng, dipergelarkan setahun sekali di Pendapa Sasana Sewaka pada hari Anggara Kasih (Selasa Kliwon) menggunakan gamelan laras pelog, tanpa keprak.

Share this post
Tag 1
Tag 2
Tag 3
Tag 4