Tokoh cerita pewayangan - Rajamala (1)[/caption]
Di sebuah negeri yang konon bernama Wirata, hiduplah sosok setengah manusia setengah raksasa yang bernama Rajamala. Terkenal dengan kekuatan dan kesaktiannya, Rajamala bahkan tidak akan bisa mati selama jasadnya masih terkena air.
Dalam serat Pustakaraja Purwa, karya Raden Ngabehi Ranggawarsita. Cerita mengenai putra angkat Resi Palasara yang bernama Rajamala tersebut, muncul sebagai cerita pewayangan dalam lakon “Kangsa Adu Djago”. Tokoh Rajamala inilah yang kemudian dipakai oleh Raden Mas Sugandi atau KGPAA Hamengkunagara III untuk membuat sebuah kapal yang dalam perkembangannya diberi nama Kyai Rajamala, sebuah kapal dinas resmi milik Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Dalam Babad Sangkala, diceritakan bahwa Sinuhun Pakubuwana IV memerintahkan kepada putranya KGPAA Hamengkunagara ( kelak naik tahta sebagai Pakubuwana V ) untuk membuat sebuah kapal yang besar dan panjang. Permintaan Sinuhun Pakubuwana IV ini, didasari oleh rasa ketidaksukaannya atas hadiah kapal dari Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels.
Pada 19 November 1809, Sinuhun Pakubuwana IV menerima hadiah dari Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels berupa sebuah kapal dengan canthik ( sebuah hiasan dimoncong kapal ) patung wanita ( Reca Nyonyah ). Kapal tersebut diberi nama Kapal Radjaputri, yang selanjutnya diletakkan di sungai Kedung Penganten. Lalu beliau pun menitahkan kepada putranya KGPAA Hamengkunagara III untuk membuat kapal sendiri yang lebih besar dan lebih panjang. Kapal itu selesai dibuat bertepatan pada hari jumat tanggal 27 bulan Jumadilakir tahun 1738 atau pada 19 Juli 1811 Masehi. Canthik atau hiasan depan kapal diukir dengan bentuk kepala wayang Raden Arya Rajamala. Kapal itupun diberi nama Kapal Kyai Rajamala. Kapal Kyai Rajamala dan Kapal Radjaputri kemudian dinikahkan secara lengkap layaknya pengantin Jawa di Kedung Penganten Bengawan Solo oleh Sinuhun Pakubuwana IV.
Pembuatan kapal Kyai Rajamala menunjukkan kebesaran Sinuhun Pakubuwana IV. Pembuatan kapal Kyai Rajamala ini, kayunya diambil dari kayu jati hutan Danalaya. Hutan milik Keraton Kasunanan Surakarta yang terletak di ujung selatan Wonogiri. Hutan Danalaya sendiri dikenal wingit ( keramat ) karena tidak sembarang orang berani menebang pohon di hutan ini. Apabila keraton sedang membutuhkan kayu untuk mengganti kayu dari salah satu bangunannya, pohon jati hutan Donoloyo seringkali tumbang dengan sendirinya.
Kapal Kyai Rajamala berukuran sangat besar, berukuran panjang sekitar 70 meter. Di dalam kapal dibuat ruang-ruang kamar tidur lengkap dengan kamar mandi yang dihiasi ukiran-ukiran bunga terjuntai. Desain gebyog diambil dari pintu Handrawina ( ruang perjamuan keraton ), dengan gudang tempat persenjataan, balai tari untuk pertunjukan, tempat seperangkat gamelan, serta tempat untuk pertunjukan wayang kulit ukuran kecil. Kapal Kyai Rajamala, dihiasi lengkung janur kuning, bendera dan plisir gula kelapa. Dilengkapi Juru Silem, Juru Mudi, dan Juru Pembelah. Kemegahan Kapal Kyai Rajamala membuat ribuan rakyat Surakarta akan bersorak gembira ketika menyaksikan Kapal Kyai Rajamala melewati Bengawan Solo.
Dalam fungsinya sebagai kapal dinas resmi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Kapal Kyai Rajamala digunakan untuk mengantar putri Bupati Tjakraningrat IV dari Madura istri Sinuhun Pakubuwana IV yaitu Permaisuri Kanjeng Ratu Kencana Wungu. Kala itu, Kapal Kyai Rajamala melewati rute Surakarta, Sukowati, Ngawi, Cepu, Bojonegoro, Gresik, lalu melewati Selat Madura hingga ke Bangkalan.
Kyai Rajamala atau Rodjomolo, dalam serat “ Prathelan Wontenipun Candhi, reca,patilasan, padhusan, sasaminipun ing Karesidhenan Surakarta “ dibeberkan, Kapal ini acap dipakai Sinuhum Pakubuwana IX untuk berekreasi ke Pesanggrahan Langenharjo lewat aliran Bengawan Solo. Diceritakan, Kapal Kyai Rajamala diparkir bersama beberapa kapal kecil Kyai Sekonyar, Rarasati, Kyai Bintang Timur, Nyai Wilutama, dan lain-lain.
Kini, sebagai warisan tak ternilai sekaligus pengingat kebesaran Keraton Kasunanan Surakarta, Canthik Kyai Rajamala ditempatkan sebagai pusaka Keraton Surakarta di Museum Radyapustaka dan Museum Keraton Kasunanan Surakarta.