Pasinaon Sejarah

Upacara Adat Sadranan ing sasi Ruwah.

M.Ng. S. Adiprojo
December 14, 2023

Kalender Jawa - kali pertama diciptakan oleh Sultan Agung ( 1613 – 1645 ). Sebagai raja terbesar Mataram,Sultan Agung merancang Kalender Jawa yang kemudian disebut sebagai kalender Sultan Agungan. Kalender Jawa ini memadukan antara kalender Hindu dengan kalender Islam, dan selesai diciptakan pada 1633 Masehi. Hal ini beliau lakukan dengan maksud untukmembuat perayaan adat dan hari besar islam agar dapat berjalan bersamaan.

Salah satu bulan istimewa dalam kalender Jawa adalah “sasi Ruwah” atau bulan Ruwah, yang bertepatan dengan bulan sya’ban dalam penanggalan hijriyah islam. Ruwah dapat diartikan sebagai “ meruhi arwah “ dimana bulan ini dipergunakan oleh masyarakat Jawa untuk berziarah atau nyadran ( nyekar ) berkirim doa dan memuliakan para leluhurnya.

Salah satu bulan istimewa dalam kalender Jawa adalah “sasi Ruwah” atau bulan Ruwah, yang bertepatan dengan bulan sya’ban dalam penanggalan hijriyah islam.

Sebagai sumber dari kebudayaan Jawa, Karaton Surakarta Hadiningrat mapag sasi ruwah – menyambut bulan Ruwah dengan menyelenggarakan acara ziarah ke berbagai makam-makam para leluhur Mataram. Beberapa rangkain tradisi yang diselenggarakan Karaton Surakarta Hadiningrat ketika memasuki bulan Ruwah dimulai dengan :

A. Wilujengan Ruwahan.

Wilujengan Ruwahan – merupakan sebuah rangkaian kegiatan yang dilakukan Karaton Surakarta Hadiningrat untuk menyambut bulan Ruwah. Wilujengan Ruwahan yang digelar di Bangsal Smarakata menjadi pembuka untuk memasuki bulan Ruwah. Esensi wilujengan ruwahan yang dilakukan adalah sebagai pertanda bagi masyarakat untuk membuka wilujengan ruwah yang bisa dilakukan oleh masyarakat sendiri di wilayahnya.

Wilujengan Ruwahan di Bangsal Smarakata

Ritual wilujengan ini menyampaikan ujub yang dipimpim oleh Abdidalem juru suranata dan disusul dengan dibacakannya doa tahlil, syahadat Quresh dan shalawat Sultan Agungan yang diikuti oleh seluruh abdi dalem Karaton Surakarta.

B. Sadranan

Sadranan atau pamulen adalah upacara penghormatan kepada leluhur atau keluarga yang telah berpulang, yang dilakukan setiap bulan Ruwah. Tradisi ini awalnya telah berlangsung sejak era Majapahit. Dalam naskah Negarakrtagama pernah dijelaskan bagaimana Prabu Hayam Wuruk melakukan upacara Sraddha untuk memuliakan arwah neneknya – Gayatri Rajapatni pada 1362 Masehi. Dalam perkembangannya, upacara sraddha ini berkembang menjadi bentuk dan tata cara penghormatan leluhur yang disebut sadranan.

Sadranan atau pamulen adalah upacara penghormatan kepada leluhur atau keluarga yang telah berpulang, yang dilakukan setiap bulan Ruwah. Tradisi ini awalnya telah berlangsung sejak era Majapahit.

Beberapa lokasi Sadranan para leluhur Mataram yang digelar Karaton Surakarta diantaranya ialah :

1. Astana Laweyan.

Astana Laweyan adalah kompleks pemakaman dari Kyai Ageng Henis. Kyai Ageng Henis atau Ki Ageng Henis adalah keturunan dari Ki Ageng Sela ( keturunan Brawijaya V, Raja Majapahit) yang menurunkan Ki Ageng Pemanahan, ayah dari Danang Sutawijaya atau Panembahan Senopati raja pertama Mataram.

Beberapa leluhur Mataram yang dimakamkan di Astana Laweyan diantaranya adalah Ki Ageng Henis, Paku Buwana II, Permaisuri Paku Buwana V, Pangeran Widjil I Kadilangu ( pujangga Keraton Surakarta ), Nyai Ageng Pati, Nyai Pandanaran, Prabuwinata anak bungsu dari Paku Buwono IX, dan Kyai Ageng Prabayeksa.

2. Pasarean Hastana Kitha Ageng.

Kotagede adalah kompleks pemakaman leluhur dan raja-raja Mataram pertama beserta dengan para kerabatnya. Kompleks makam raja Kotagede dibangun oleh Panembahan Senopati raja pertama Dinasti Mataram pada tahun 1589 dan selesai pada tahun 1606. Sesuai urutan bangsal makam di Kotagede dari selatan ke utara bernama Bangsal Prabayaksa, Bangsal Witana, dan Bangsal Tajug. Pernah terbakar pada era Sinuhun Paku Buwana X Bangsal pemakaman utama di Kotagede ini lantas di renovasi oleh Sinuhun PakuBuwana X dengan arsitektur eropa yang kental.

Masjid Kutagede yang berada dalam kompleks Pasarean Kotagede.

Di Kotagede ini dimakamkan Ki Ageng Pemanahan, Nyi Ageng Henis, Panembahan Senopati, beserta seluruh kerabatnya.

3. Astana Pajimatan Imogiri.

Astana makam raja-raja Mataram Imogiri merupakan hasil rintisan Sultan Agung Hanyakrakusuma yang terletak di puncak gunung Merak. ( imo = mega; awan, giri = gunung ) Tata letak Imogiri sangat menawan para sujarah ( peziarah ) dengan bangunan-bangunan indah yang digarap oleh abdidalem Karaton Mataram di bawah pimpinan Adipati Jepara.

Pembangunan Astana Pajimatan Imogiri dilaksanakan para abdidalem Karaton Mataram yang dipimpin oleh Adipati Citrasoma. Makam para raja-raja Mataram ini dipuncaki oleh makam Sultan Agung Hanyakrakusuma kemudian dilanjutkan dengan makam raja-raja Surakarta dan Yogyakarta. Kompleks bangunan dalam makam di Imogiri dibagi menjadi beberapa lingkungan, yakni :

  • Kasultanagungan. ( makam Sultan Agung Hanyakrakusuma, Sri Ratu Batang, Hamangkurat Amral dan Hamangkurat Mas.
  • Pakubuwanan ( makam Pakubuwana I, Hamangkurat Jawa, Pakubuwana II
  • Kasuwargan Surakarta ( makam Pakubuwana III, Pakubuwana IV, Pakubuwana V )
  • Sapta Arga Surakarta ( makam VI, Pakubuwana VII, Pakubuwana VIII dan Pakubuwana IX )
  • Girimulya Surakarta ( makam Pakubuwana X, Pakubuwana XI, Pakubuwana XII )
  • Kasuwargan Yogyakarta ( makam HB I, HB III )
  • Besiyaran Yogyakarta ( makam HB IV, HB V, HB VI )
  • Saptarengga Yogyakarta ( makam HB VII, HB VIII, dan HB IX )

Anak tangga di Pasarean Agung Pajimatan Imogiri

Pasarean Agung Imogiri ini dilengkapi dengan masjid makam yang letaknya berada di kaki bukit. Masjid yang disebut sebagai Masjid Pajimatan ini menjadi pintu depan dengan anak tangga yang berjumlah 410 untuk naik ke area pemakaman. Sebelum masuk ke area makam Sultan Agung di halaman supit urang terdapat empat tempayan besar berisi air dari mata air Bengkung. Empat tempayan yang dinamai sebagai Enceh Nyai Siyem, Enceh Kyai Mendhung, Enceh Nyai Danumaya dan Enceh Nyai Danumurti. Air di keempat tempayan itu dipercaya berkhasiat sehingga pada upacara nguras enceh yang diadakan setiap Bulan Sura banyak orang yang meminta airnya.

Share this post
Tag 1
Tag 2
Tag 3
Tag 4