Sri Radyalaksana adalah Lambang Karaton Surakarta Hadiningrat.
Diperkenalkan pertama kali oleh Sri Susuhunan Pakubuwana X ketika masih menjadi putra mahkota bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Hamangkunagara V, melalui titah beliau “ Kuncara ruming bangsa dumunung aneng luhuring budaya ” – Kemahsyuran suatu bangsa terletak pada keluhuran budayanya.
Radya diartikan sebagai “kerajaan” atau “negara”, laksana berarti “lambang atau identitas”, maka Radyalaksana dapat diartikan sebagai “ Lambang Kerajaan ”
Lambang ini menampilkan Makutha Raja - mahkota Raja Jawa, sebagai puncak dari perisai berbentuk elips. Mahkota merupakan simbol raja sekaligus merupakan simbol kebudayaan Jawa. Oleh karena itu siapapun yang memakai mahkota selayaknya memberi tuntunan budaya sebagai uwoh pangolahing budi secara lahir dan batin.
Warna merah dan kuning pada mahkota dalam budaya Jawa merupakan simbol Kasepuhan - yang dianggap tua – Hal ini memiliki filosofis bahwa seorang raja harus memiliki jiwa kasepuhan, yakni sabar dan tidak terburu nafsu.
Gambar Surya - matahari bersinar, merupakan lambang sumber kekuatan dan penerang hidup. Hal ini menggambarkan bahwa seorang yang berbudaya jawa harus dapat memancarkan sinar kehidupan tanpa mengharapkan imbalan.
Surya – juga mengisyaratkan sebuah nama yakni Raden Mas Suryaputra atau Sri Susuhunan Prabu Hamengkurat Jawa ( Amangkurat IV )
Gambar Candra Sasangka - bulan, menjadi simbol penerang di waktu malam, teduh memberi cahaya pada siapapun. Bermakna, bahwa setiap orang yang berbudaya jawa harus di dasari watak pemberi yang tidak menyebabkan silau tetapi lembut dan penuh kedamaian. Candra – juga mengisyaratkan sebuah nama yakni Raden Mas Sasangka – Pangeran Purbaya
Gambar Kartika - bintang, menjadi simbol mengenai siapapun yang berbudaya Jawa harus dapat bersinar meskipun di sela-sela kegelapan. Kartika – juga mengisyaratkan sebuah nama yakni Raden Mas Sudhama – Pangeran Arya Blitar. Nama- nama yang muncul dalam lambang Sri Radyalaksana merupakan informasi simbolis atas keberadaan “ tiga wahyu” yang tercakup dalam konsep “Ratu Binathara”. Priyayi-priyayi agung yang kemudian menurunkan darah pada Sinuhun Pakubuwana X.
Pada bola dunia tertancap sebuah paku yang melambangkan gelar raja-raja Kasunanan yakni Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwana. Gelar yang kemudian terus dipakai sebagai nama raja-raja yang memerintah Kasunanan Surakarta.
Perisai diapit oleh tanaman padi dan kapas, melambangkan keluhuran budaya, kekayaan negara, dan kemakmuran rakyat. Padi dan kapas merupakan simbol sandang dan pangan. Sandang berhubungan dengan kesusilaan, sedangkan pangan berhubungan dengan lahiriah kebutuhan duniawi.
Sehelai pita merah dan putih mengikat kedua rangkaian tanaman, sebagai kiasan bahwa manusia terjadi dengan perantaraan ibu - bapak. Oleh karena itu manusia hendaknya ingat kepada orang tuanya yang tercermin dalam Mikul Dhuwur Mendhem Jero. warna ini digunakan sejak Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945.
Maka, Radya laksana merupakan sebuah tuntunan hidup bagi pemakai lambang tersebut, dimanapun mereka berada, akan menjalankan watak-watak yang terlukis dalam lambang - tindakna watak wantun kang tinemu ing lambang -