( 1745 – 1749 ) Nama Kecil beliau adalah Raden Mas Prabasuyasa. Naik tahta di usia belia, menggantikan posisi ayahandanya Ingkang Sinuhun Sri Susuhunan Amangkurat Jawa – atau Sinuhun Amangkurat IV.
Dikenal pula sebagai “Sunan Kumbul”, lahir dari Ratu Amangkurat - Gusti Kanjeng Ratu Kencana -yang merupakan istri kelima dari Susuhunan Amangkurat IV. Gelar beliau ketika naik tahta adalah Sahandhap Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakubuwana Senapati ing Ngalaga Abdurrahman Sayyidin Panatagama Khalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping II atau Sri Susuhunan Pakubuwana II.
Sinuhun Pakubuwana II adalah raja Mataram terakhir yang memerintah di Keraton Kartasura. Sebab di masa pemerintahannya pusat pemerintahan kerajaan Mataram mengalami pemindahan kekuasaan dari Kartasura ke lokasi baru di desa Sala – Surakarta.
Masa pemerintahannya, adalah masa yang penuh dengan peristiwa pemberontakan. Salah satunya adalah peristiwa besar Geger Pecinan. Peristiwa huru hara yang pecah pada Oktober 1740 dan menewaskan lebih dari sepuluh ribu warga Tionghoa itu, merembet hingga ke berbagai daerah. Laskar-laskar Tionghoa yang didukung oleh pribumi Jawa di pesisir utara Jawa mulai meluluh lantakkan pos-pos jaga VOC di pantai utara Jawa. Di berbagai daerah Jawa, muncul reaksi simpati pada orang Tionghoa. Sebagian masyarakat Jawa bahkan mempunyai pemikiran bahwa perlawanan Tionghoa terhadap VOC merupakan sebuah pertanda jaman, bahwa kompeni yang berkuasa selama 100 tahun itu akan runtuh pada tahun wawu.
Pada 1741, Suasana Jawa membara dalam konflik besar antara laskar Tionghoa - Jawa berhadapan dengan VOC. Pertempuran besar terjadi di Semarang , Blora, Gresik, Jipang, Matahun, Lamongan, Sedayu, Tuban, Japan, Salatiga, dan di berbagai tempat di Jawa.
Kekacauan yang terjadi di seluruh Jawa merembet pula sampai ke istana Kartasura. 30 Juni 1742, Laskar gabungan Tionghoa masuk dan menyerbu Keraton Kartasura. Suasana sangat kacau. Susuhunan Pakubuwana II meninggalkan istana melewati persawahan menuju bengawan Solo di Timur. Sempat beristirahat di desa Laweyan, Sinuhun Pakubuwana II meneruskan perjalanan menuju Magetan, naik ke gunung Lawu, lalu menuju Ponorogo dengan pertimbangan besarnya kekuatan militer Bupati Ponorogo Surabrata.
Peristiwa yang turut memporak porandakan bangunan Keraton Kasunanan Kartasura itu ditandai dengan candrasengkala – pandhito enem angoyog jagad –
Ketika Sinuhun Pakubuwana II kembali ke Kartasura pada 1743, kondisi bangunan Keraton telah hancur lebur akibat pemberontakan. Karena itu, untuk meneruskan tahta Kartasura, sinuhun Pakubuwana II kemudian memindahkan Kerajaan Kartasura ke desa Sala, dan tidak lagi menggunakan nama Keraton Kartasura, melainkan Kasunanan Surakarta. Sinuhun Pakubuwana II adalah raja Kasunanan pertama yang memerintah Surakarta dari 1745 sampai 1749.
Pada akhir masa pemerintahannya, Sinuhun Pakubuwana II masih harus menghadapi pemberontakan dari pihak keluarga. Adalah Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said yang berseberangan secara politik dengan Sinuhun Pakubuwana II. Perang saudara yang berkecamuk antara pihak Sinuhun Pakubuwana II dengan Pangeran Mangkubumi dan Raden Mas Said ini, terjadi dengan alot.
Sinuhun Pakubuwana II jatuh sakit dan mangkat pada Desember 1749. Tahta Kasunanan Surakarta selanjutnya diteruskan oleh putra mahkota Raden Mas Suryadi atau Sri Susuhunan Pakubuwana III.
sumber gambar : (1) kompas.com/Anggara wikan prasetya. (2) Batavia Massacre-1740-Abraham van stolk - wikipedia.org