( 1823 – 1830 ) Raden Mas Sapardan, demikian beliau dikenal ketika masih kecil. Dijuluki sebagai “ Sinuhun Bangun Tapa “ - julukan yang diberikan kepada Sinuhun Pakubuwana VI, lantaran kegemarannya melakukan Tapa brata.
Ibu Sinuhun Pakubuwana VI adalah keturunan dari Ki Juru Martani yang bernama Raden Ayu Sasrakusuma. Beliau naik tahta menggantikan Sinuhun Pakubuwana V pada tahun 1823 bergelar Sahandhap Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Pakubuwana Senapati ing Ngalaga Abdurrahman Sayyidin Panatagama Khalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping VI.
Pada masa pemerintahan Sinuhun Pakubuwana VI, terjadi sebuah peristiwa penting di Jawa, yakni meletusnya perang Jawa atau perang Dipanegara. Sinuhun Pakubuwana VI merupakan salah satu tokoh yang membantu Pangeran Dipanegara dalam perlawanannya melawan Belanda.
Sinuhun Pakubuwana VI dikabarkan sering bertapa di Gunung Merbabu atau di pedalaman hutan belantara, yang kemudian memunculkan julukan Sinuhun Bangun tapa kepada beliau. Namun sebetulnya Sinuhun Pakubuwana VI menemui Pangeran Dipanegara untuk membahas seputar kondisi politik di Jawa serta cara melakukan perlawanan dengan Belanda.
Sinuhun Pakubuwana VI kerap mengirim pasukan yang berpura-pura membantu Belanda. Beberapa kali pasukan dikirimkan dengan dalih membantu Belanda. Namun, yang terjadi di lapangan senyatanya tidaklah demikian. Pasukan kiriman Sinuhun Pakubuwana VI kerap bergabung bersama Pangeran Dipanegara.
Ditangkapnya Pangeran Dipanegara dalam sebuah siasat perundingan oleh Belanda, mengakhiri jalannya perang yang sangat melelahkan bagi Belanda tersebut. Serasa mencium keberpihakan Sinuhun Pakubuwana VI kepada Belanda, maka Belanda berusaha mencari cara untuk menangkap Sinuhun Pakubuwana VI.
Sinuhun Pakubuwana VI ditangkap Belanda di Mancingan oleh Residen Yogyakarta J.F.E van Nes dan Letnan Kolonel B.Sollejwin. Sinuhun Pakubuwana VI kemudian diasingkan oleh Belanda ke Ambon.
Pada waktu pengasingan di Ambon, putra mahkota Kasunanan Surakarta yang kelak menjadi Susuhunan Pakubuwana IX masih berada dalam kandungan. Oleh karena itu, tahta Kasunanan Surakarta diberikan kepada paman Sinuhun Pakubuwana VI yakni Raden Mas Malikis Solikin yang kemudian bergelar Sinuhun Pakubuwana VII.
Ada beberapa peninggalan dari Sinuhun Pakubuwana VI yang masih tersimpan di Museum sampai sekarang, salah satunya adalah Keris Pusaka Keraton Kasunanan Surakarta. Kanjeng Kyai Pakumpulan - Keris yang dibuat oleh Sinuhun Pakubuwana VI berbahan dasar dari paku-paku bekas bangunan masjid yang direnovasi.
Menurut catatan resmi Belanda, Sinuhun Pakubuwana VI mangkat di Ambon karena mengalami kecelakaan di laut. Namun ketika tahun 1957 dilakukan pembongkaran makam untuk dipindah ke makam Raja-raja Mataram di Imogiri Yogyakarta, ditemukan lubang peluru seukuran senapan baker di kepala Sinuhun. Sebuah bukti bahwa Sinuhun Pakubuwana VI mangkat karena ditembak Belanda.
Atas jasa dan kebesarannya, Sinuhun Pakubuwana VI ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia.