Pasinaon Sejarah

Unggah-unggahan tutupan Ruwah Warsa 1958 Jawa

Museum & Tourism Karaton Surakarta
November 2, 2024

Unggah-unggahan merupakan salah satu tradisi yang digelar oleh Karaton Surakarta di setiap akhir bulan Ruwah.Tradisi ini dilaksanakan untuk mengakhiri atau menutup Sadranan ( ziarah ke makam leluhur ) yang telah dilaksanakan selama Ruwah.

Kata unggah-unggahan berasal dari kata dasar munggah yang artinya naik. Hal ini berhubungan dengan tujuan dilakukannya tradisi ini, yakni bertujuan untuk memule ( memuliakan ) para leluhur. Pamulen ( pemuliaan ) yang dilakukan dalam unggah-unggahan ini mencakup penyerahan segala urusan sekaligus memintakan ampunan untuk para leluhur pada Tuhan. Secara simbolis unggah-unggahan juga merupakan wujud hubungan vertikal manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam tradisi ini, apem merupakan sarana utama yang digunakan dalam prosesi unggah-unggahan. Setidaknya ada beberapa prosesi yang dilakukan dalam tradisi unggah-unggahan.

  1. Ngebluk.

Tradisi unggah-unggahan dimulai dengan Ngebluk - atau pembuatan jladren ( adonan apem ). yang dilakukan sehari sebelumnya. Ngebluk dilakukan sebagai persiapan awal untuk prosesi ngapem dan dilakukan oleh putri Susuhunan bersama dengan para abdi dalem keparak.

Langkah awal prosesi ini adalah dengan mencampurkan seluruh bahan dalam enceh atau kuali. Adonan tepung yang dibuat oleh para abdi dalem terus diaduk hingga siap menjadi jladren ( adonan apem ) menimbulkan suara “bluk-bluk” hingga pembuatan adonan apem ini dikenal dengan ngebluk.

Setelah rampung, adonan dipindahkan dalam kuali besar dan didiamkan semalam agar mengembang.

  1. Ngapem.

Apem dimaknai oleh orang Jawa sebagai “ apuranen kangtumemen “ yakni sebuah harapan ampunan untuk para leluhur. Kue Apem ini menjadi simbol utama dalam tradisi unggah-unggahan sebagai manifestasi bentuk permohonan ampunan untuk para leluhur.

Ngapem merupakan upacara inti dalam prosesi unggah-unggahan. Acara dimulai dari doa yang dipanjatkan oleh abdi dalem Juru Suranata yang kemudian dari adonan apem yang telah didiamkan selama semalam, adonan ini kemudian dimasak dengan anglo kecil. Apem yang telah siap kemudian dibagikan kepada masyarakat yang antusias mengikuti acara ngapem di Karaton Surakarta.

Kata unggah-unggahan berasal dari kata dasar munggah yang artinya naik. Hal ini berhubungan dengan tujuan dilakukannya tradisi ini, yakni bertujuan untuk memule ( memuliakan ) para leluhur.

Penyertaan apem dalam upacara adat pada umumnya dikaitkan dengan berbagai acara pamulen khususnya di bulan Ruwah. Penggunaan apem ini merupakan bentuk penyertaan memule keluarga dan leluhur, agar arwah mereka mendapatkan pengayoman ( pengampunan ) dari Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam prosesi akhir dari unggah-unggahan, beberapa apem yang telah didoakan kemudian dibawa dan diletakkan ke atap tempat tinggal sebagai simbol penyerahan urusan dengan leluhur kepada Sang Pencipta.

Share this post
Tag 1
Tag 2
Tag 3
Tag 4